Backpacker SMM Kelas XI ke Bumi Sriwijaya, Palembang

 

Benteng Kuto Besak (BKB) dengan latar Jembatan Ampera dan Sungai Musi di Palembang

Pulang dari acara Temu Guru Nasional FGI di Jakarta, tanggal 25 Mei 2025 malam, di Stasiun Semarang Poncol. Ada waktu sehari buat saya untuk istirahat dan cuci baju. Sebab, tanggal 27 Mei 2025 pagi, saya sudah berada di Stasiun Poncol lagi, ke arah Jakarta lagi, haha... 

*

Kali ini, acaranya adalah Backpacker Bersama Ranger 8 (kelas XI) ke Bumi Sriwijaya, Palembang. Lima murid, 2 guru (Bu Ira dan saya). Perjalanan dimulai pada hari Selasa tanggal 27 Mei 2025 kumpul di kampus 1 pukul 10.00 wib. Kemudian menuju Stasiun Poncol menuju Jakarta dengan kereta api Tawang Jaya pukul  11.50. Untuk salat Duhur dilakukan di atas kereta dan tiba di Stasiun Pasar Senen pukul 17.50 wib atau jelang magrib. Karena waktu keberangkatan yang dekat dengan waktu Duhur, kereta Tawang Jaya ini punya mushola kecil dekat gerbong restorasi, agar penumpang dapat menunaikan ibadah salat.

Dari Pasar Senen kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun Gambir dengan bantuan ojol, dan sampai di Gambir menuju pool bis DAMRI untuk melanjutkan perjalanan ke stasiun Tanjung Karang Bandar Lampung. Bis DAMRI berangkat pukul 21.00 wib, karena itu kami punya waktu untuk makan malam di depan Gambir (lesehan). Menurut jadwal, bis akan tiba di pelabuhan Merak sekitar tengah malam sekitar pukul 23.00, lalu tiba di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, kemudian masuk tol langsung ke Bandar Lampung. Pukul 04.15 wib,hampir subuh rombongan tiba dan kemudian istirahat di Masjid Taqwa stasiun Tanjung karang, Bandar Lampung.

Mendengarkan taujih bada Subuh di Masjid Taqwa, Stasiun Tanjung Karang

Di sini ada kejadian lucu. Karena kesalahan pemesanan tiket (secara online), rombongan terbagi dua ke dalam dua bis. Satunya ikut bis Damri jurusan Kotabumi, satunya lagi bis Tanjungkarang.  Kedua bis ini sama-sama berangkat pukul 21.00 dari Gambir. Untunglah, semua bis akan melewati stasiun Tanjung Karang. Jadi meskipun bis satunya tujuan akhir Kotabumi, tapi tetap lewat Tanjung Karang. Bahkan, kedua bis akhirnya berusaha agar tiba di pelabuhan Merak pada jam yang sama agar dapat masuk kapal yang sama. Sehingga, meskipun terpisah, nantinya kami bisa berkumpul lagi di dek kapal. Owalah... 

*

Pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2025 pukul 08.30 kami melanjutkan perjalanan ke arah Palembang. Sebelumnya, sarapan Lontong sayur di dekat masjid. Saya juga sempat mengontak rekan guru saya, Pak Zaidir yang kebetulan masih berada di Tanjung Karang (rumahnya di Kotabumi). Pak Zaidir membawakan kami kerupuk dan jajanan keripik pisang untuk teman perjalanan.  Trims berat, bro...

bersama Pak Zaidir, Korprov Lampung, di Tanjung Karang

Perjalanan ke arah Palembang ditempuh dengan menggunakan travel Rama Trans seharga 200 ribuan. Kami tidak dapat melanjutkan perjalanan dengan Kereta Api karena KA Rajabasa yang diharapkan sudah ludes tiketnya. Kami berjalan sekitar 100 meter menuju depan BNI, agar dapat sejalur dengan arah Rama Trans  menuju Palembang.

Lama perjalanan dari Tanjung Karang ke Palembang saat ini ternyata hanya 3 jam saja dari yang biasanya 8-9 jam dengan kereta. Pukul 11.30 wib, kami sudah tiba di Palembang. Perjalanan dilalui melalui full toll. Kami tiba di kota Palembang tepatnya di Pool Rama Trans  Kamboja. Kami menyeberangi Jembatan Ampera. Dari sana kami meluncur balik menyeberangi Ampera kembali karena ke rumah (kost) adikku di Plaju, di sekitaran Yaktapena atau belakang UMP (Universitas Muhammadiyah Palembang).

Kemudian kami beristirahat di sana hingga sore hari. Setelah salat Magrib kami menikmati makanan khas Palembang yaitu pempek di Pempek Santosa di seberang jalan. Menu pempek campur plus Lenggang goreng kami makan dengan lahap.


*

Hari Kamis tanggal 29 Mei 2025, kami melanjutkan perjalanan ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin 2 di dekat Ampera. Di sana Kami dijelaskan tentang asal muasal kerajaan Islam Palembang dan hubungannya dengan Jawa, juga Sriwijaya, Tionghoa, dan Belanda. Ada satu guide di dalam museum namanya Pak Budi yang membantu menjelaskan dengan detail ,termasuk semangat perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin 2 yang gigih melawan penjajahan Belanda atau VOC kala itu.




Kemudian, kami mengarah ke Masjid Agung Palembang untuk menunaikan salat Duhur. Setelah salat Duhur saya berjumpa dengan teman sekolah waktu SMP yaitu Yayan yang saat ini telah menjadi pejabat penting di PLN Jakarta, bahkan setelah itu kami sempat ditraktir martabak Har seberang Masjid Agung.

Bersama Yayan dan putranya

Duhuran di Masjid Agung Palembang


di Martabak Har

Kemudian kami menyeberang kembali ke Bukit Kuta Besak (BKB) untuk menikmati sore di tepian Sungai Musi. Sebelum itu kami sempat mampir sebentar ke Pasar 16 Ilir untuk membeli ikat kepala khas Palembang atau tanjak.


Adikku ikut menemani sejak pagi saat mengunjungi museum kemudian ke Pasar 16 dan sholat Duhur di Masjid Agung hingga makan siang di Martabak Har. Setelah makan siang, ia pamit menuju Pagar Alam dengan bus Sinar Dempo. 

Oya, kami sempat meluncur ke Songket Tuan Kentang, untuk melihat proses penenunan Kain Songket dan Jumputan di sana, ternyata di pusatnya kegiatan penenunan hanya dapat disaksikan bila membuat janji terlebih dahulu. Sebab, kesehariannya di Tuan Kentang hanya menyediakan Kain Songket yang sudah jadi. Namun demikian, tuan rumah tetap menerima kami dengan baik dan mempersilakan kami istirahat di sana.

Galeri Songket Tuan Kentang

Kami kemudian menuju halte LRT Polrestabes, karena kami hendak merasakan bagaimana LRT Palembang ini. LRT ini berupa kereta khusus yang melintasi jalan khusus, mirip kereta paralayang. Tiketnya 10 ribu rupaiah per orang untuk jarak jauh atau 5 ribu saja jika hanya berhenti di 1 shelter. Kami mengikuti ke arah stasiun terakhir yaitu Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan kemudian kembali lagi ke arah Jembatan Ampera. Keren sekali LRT ini, bersih, dingin, dan teratur, juga aman karena tidak ada pengamen atau penjual yang diizinkan masuk. Tenaga pengamanan juga terlihat di banyak sudut.



LRT di Stasiun Bandara SMB II

Setiba di Ampera, kami menghabiskan sore di BKB, kami tiba di rumah sekitar pukul  20.00 wib kemudian beristirahat.

Benteng Kuto Besak (BKB)

*

Hari Jumat tanggal 30 Mei 2025, kami mengawali pagi dengan berolahraga pagi di stadion Jakabaring Sport Center di area velodrom atletik. Selain itu kami juga mengunjungi beberapa titik di Jakabaring yaitu Danau tempat latihan ski air dan kano, juga menyewa sepeda dan menikmati teh hangat serta tekwan di pinggir danau.



Setelah menunaikan salat Jumat di dalam UMP universitas Muhammadiyah Palembang, kami melanjutkan perjalanan ke Sekolah Alam Sriwijaya yang ada di Sako Kenten. Di sana kami bertemu Bu Mala beserta murid-muridnya yang lucu dan keren. 

Siswa Sekolah Alam Sriwijaya menyambut kami

Bahkan bersama muridnya kami mengajak Bu Mala untuk menghabiskan sore di Kambang Iwak di tengah kota, menikmati sajian khas publik Palembang di malam hari. Baru di Kambang Iwak ini ada danau buatan yang dikelilingi oleh spot-spot untuk tempat duduk dan kuliner berjualan di beberapa titik yang dapat dimanfaatkan oleh warga yang berkunjung. Danaunya mirip dengan polder Tawang sih, tapi lebih banyak lampu-lampunya dan air mancurnya juga.


Kambang Iwak

Sekitar pukul 9 malam kami tiba di Plaju kembali.

*

Hari Sabtu tanggal 31 Mei 2025, kami menuju Pulau Kemaro pukul 09.30 setelah sarapan. Dengan naik kapal kecil di bawah Ampera, sekitar 20 sampai 30 menit perjalanan kami tiba di Pulau Kemaro. Di Pulau Kemaro ini, kami melihat ada Vihara Pagoda yang mirip dengan Vihara di Watu Gong bahkan ada ukiran batu di situ tertulis Semarang. Artinya produk Arca penjaga yang berbentuk singa ini diproduksi oleh seniman di Semarang. 




Tengah hari kami kembali ke pelabuhan di bawah jembatan Ampera. Saya kembali ke Pasar 16 Ilir bersama Hawa, murid saya yang mencari kerajinan atau craft. Sedangkan saya mencari daster untuk istri.

Kami menunaikan kembali salat Duhur di Masjid Agung.

Lalu kemudian meluncur ke Museum Bait Alquran Akbar yang ada di Gandus. Perjalanan kira-kira 25-30 menit dari Masjid Agung ke Museum Alquran. Kami berada di sana sampai kira-kira pukul 16.00 wib.


Setelah itu kami menuju Samping Roastery. Ini adalah sebuah cafe untuk menikmati kopi. Di sini saya  bertemu dengan Om Norca. Om Norca adalah komandan Federal Palembang beliau mentraktir kami kopi sambil berdiskusi tentang Palembang. Anak-anak rata-rata memilih Matcha, hanya saya yang memesan kopi black dari Flores. Terima kasih untuk Om Norca atas traktiran kopinya. Di sini, anak-anak melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan di Palembang. Om Norca juga menjawab setiap pertanyaan dengan sabar semua pertanyaan dari anak-anak.



Sehabis menunaikan salat Magrib, kami kemudian meluncur ke Pasar 26 Kampung Pempek untuk makan malam. Usman dan Royyan, murid saya berburu Pempek Candy untuk oleh-oleh. Kami makan Pempek Lala saja. TIba di rumah sekitar pukul 21.30 wib.

*

Hari Minggu tanggal 1 Juni 2025, karena hari ini adalah hari terakhir di Palembang kami gunakan untuk packing dan beristirahat hingga waktu salat Duhur. Alifa, murid saya, masih sempat makan pempek bersama seorang teman dari ibunya yang kebetulan berada di Palembang.

Sekitar pukul 13.30 bus Rosalia Indah  tiba di poolnya di sekitaran jalan kertapati atau di depan pempek Ellen. Bis perlahan-lahan meninggalkan kota Palembang pada pukul 13.40 dan  membawa kami langsung menuju Semarang.


Comments

Popular Posts