Temu Nasional Forum Guru Indonesia di BPMP DKI Jakarta
Pengantar
Jumat pagi (23/05) sekitar pukul 09.00, Kapal Gili Iyang dari Pelabuhan Bawean bersandar di Pelabuhan Gresik. Disambut dengan hujan deras. Pelabuhan Gresik ini meskipun termasuk pelabuhan besar, tapi dari dermaganya hingga ke gedung utamanya tidak memiliki jalur pejalan kaki berkanopi. Sehingga saat hujan, penumpang kalang kabut. Sebagian berhujan-hujan diri, sebagian mengenakan jas hujan, jalan kaki dari dermaga menuju gedung pelabuhan sekitar 100 meter jaraknya. Menyusahkan! Terlebih penumpang dengan barang bawaan yang banyak dan tidak kedap air. Kondisi yang berbeda jauh dengan Pelabuhan Jepara. Meskipun lebih kecil, tapi Pelabuhan Jepara lebih manusiawi. Punya kanopi hingga ke tepi dermaga. Aman meskipun hujan.
Kami baru saja selama 9 jam, bukan, 10 jam, di lautan. Jadwal reguler kapal ini pkl 21.00 berangkat dari Bawean dan pkl 06.00-07.00 wib tiba di Gresik di hari berikutnya. Namun, karena ada kendala teknis, kapal ini baru berangkat pkl 23.00 wib dan tiba pkl 09.00 wib. Jadi, 10 jam di lautan. Sesuatu, gaes!
Setiba di pelabuhan, kami disambut oleh saudara salah satu murid saya, yang kebetulan tinggal dekat Pelabuhan Gresik. Kami diberi sarapan pagi khas Gresik, namanya Nasi Krawu. Pas banget. Pas lapar dan basah, diberi sarapan. Mantap!
Kami bertujuh kemudian melanjutkan perjalanan ke Stasiun Pasar Turi Surabaya, dengan menyewa angkot yang biasanya melayani trayek pelabuhan. Kami minta untuk lewat tol, agar lebih cepat. Kurang lebih 1 jam perjalanan, kami pun tiba di Stasiun Pasar Turi Surabaya. Jam menunjukkan pukul 11.00, Jadi masih ada waktu 1 jam sebelum salat Jumat. Sedangkan kereta Ambarawa Ekspress ke Semarang berangkat pukul 14.00.
Tapi kereta saya ke Jakarta adalah Airlangga. Kereta sejuta umat yang jam tiba di Jakarta paling awal. Kereta saya berangkat pukul 13.30 wib dan akan tiba pukul 23.00 wib di stasiun Pasar Senen. Jadi, rombongan Ekspedisi SMM Pulau Bawean berpisah di sini. Murid-murid dengan 1 guru (Berenam) pulang ke Semarang, saya lanjut ke Jakarta. Saya hitung, 12 jam di kereta. Jadi, 10 jam di kapal, ditambah 12 jam di kereta. Mantap kali!
Saya ke Jakarta, karena ada pertemuan komunitas Guru Penggerak yang hendak mendirikan wadah baru bernama Forum Guru Indonesia. Tempatnya di BPMP DKI Jakarta. Saya akan mengisi salah satu sesinya tentang Koding dan Kecerdasan Artifisial, yang menjadi program prioritas kementerian. Karena kebetulan, saya habis mengikuti Bimtek untuk Fasilitatornya.
Btw, pertemuan ini, bersifat mandiri, tanpa support pendanaan dari siapa-siapa. Biasanya tiket Jakarta-Semarang pp di-reimburse kementerian, tapi kali ini, dananya dari kantong sendiri. Untuk 3 hari kegiatan plus biaya transportasi pp, saya habis sekitar 1 jutaan. Angka ini masih tergolong kecil dibanding rekan-rekan saya yang menghabiskan dana 3-5 juta bahkan lebih. Peserta terjauh dari Aceh, juga ada yang dari NTB, Bali, Jambi. Sumbar, dll. Tiket pesawat Aceh-Jakarta sekali jalan saja sudah hampir 2 juta. Jadi bisa dihitung biaya keseluruhannya. Tapi teman-teman guru ini masih tetap mau berangkat.
Doa saya, semoga Allah menggantinya dengan keberkahan dan rizki yang berlipat, amin.
*
Forum Guru Indonesia (FGI) adalah rumah bersama para guru penggerak dan guru-guru yang menjadi aktor transformasi pendidikan Indonesia. Tiga hari ini mengadakan Temu Nasional pada 23-25 Mei 2025, di BPMP DKI Jakarta.
Guru-guru relawan dari berbagai daerah yang hadir dengan pendanaan mandiri untuk konsolidasi kekuatan dan potensi guru yang selama ini menggerakkan spirit belajar guru untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Pada dasarnya, perubahan adalah sebuah kesemestian dan adaptif terhadap perubahan adalah pilihan yang paling bijaksana untuk tetap "survive".
Setiap masa memiliki tantangan yang berbeda. "Program kementerian dibuat berdasarkan PR makro atau prioritas yang perlu dilakukan. Dulu PR-nya bernama pencapaian kompetensi, lalu penguasaan digital, kemudian pembangunan karakter dan sekarang Pembelajaran Mendalam. Guru-guru membenahi PR Mikro terkait kebutuhan murid dan menumbuhkan murid. Tidak ada program yang sempurna. Kritik dan masukan yang konstruktif selalu dibutuhkan dan memang perlu dilakukan", ujar Herdiana, Kepala BPMP DKI Jakarta saat membuka acara.
Maurensyiah, Ketua FGI menyampaikan, tujuan Temu Nasional Guru ini untuk menjaga semangat guru-guru agar terus menebar kemanfaatan, terus tergerak-bergerak-menggerakkan, dan belajar sepanjang hayat.
Comments
Post a Comment