Hikmah Ekspedisi SMM ke Pulau Bawean (Part 6-End) : Ponpes Wirausaha Penaber
Hari terakhir di Pulau Bawean (22/05) kami gunakan untuk eksplorasi budaya.
Tempat yang kami kunjungi adalah Ponpes Penaber. Pondok Pesantren Penaber ini terletak di Dusun Paginda, Desa Sukaoneng, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Kira-kira 1,5 jam dari Sangkapura naik motor.
Ponpes Penaber merupakan lembaga pendidikan Islam yang mengintegrasikan pembelajaran agama dengan pelestarian budaya lokal plus kewirausahaan. Tokoh sentralnya, pak Yai Musthofa Ruysdi.
Didirikan pada tahun 2001, Ponpes Penaber berkomitmen untuk membentuk akhlak santri melalui pengajaran kitab kuning serta penanaman nilai-nilai budaya Bawean. Salah satu kitab yang diajarkan adalah "Jawahirul Adab," yang diterjemahkan ke dalam bahasa Bawean halus sebagai upaya pelestarian bahasa dan budaya lokal.
Ponpes ini juga dikenal sebagai pesantren budaya karena aktif melestarikan berbagai kesenian dan tradisi Bawean. Santri dilibatkan dalam kegiatan seperti membatik dengan motif khas Bawean (dhurung, rangghepan, jhukong), pencak silat, tari Samman, Dhungka, dan permainan tradisional seperti Jeltik dan Gheseng. Harga batiknya kisaran 200-500 ribu rupiah. Juga ada ikat kepala seharga 60 ribu rupiah.
Yang unik, pesantren ini juga memiliki Museum Dhinggelan Kona yang menyimpan berbagai alat tradisional masyarakat Bawean, seperti alat pembajak sawah, lampu strongking, dan radio kuno, sebagai sarana edukasi dan pelestarian warisan leluhur.
Saat kami berkunjung, pak Yai Mustofa menyajikan kelapa gading muda di bale-bale dekat dhurung (lumbung padi), sambil berdiskusi tentang pendidikan kewirausahaan usia santri remaja. Beberapa hal banyak kesaamaannya dengan konsep sekolah alam.
Ketika diajak berkeliling ponpes, murid saya nyelutuk, "SMM dibuat kayak gini dong, pak" katanya setelah melihat ruang studio musik, lab komputer, dan museum. "Oke!" jawab saya singkat.
Comments
Post a Comment