Rabu, 29 Agustus 2018

Review Buku Cukup Pahamilah Saja (3) : Menyimak dan Mengutip buku Doni Riadi*

Buku "Cukup Pahamilah Saja"

Kemajuan teknologi telah membuat hilangnya beragam pekerjaan yang pada masanya pernah dianggap prestisius. Pekerjaan itu hilang karena teknologi mampu menggantikan fungsinya dengan lebih efektif dan efisien. Menghilangnya beragam pekerjaan itu masih terus berlangsung hingga kini.

Ada prediksi yang menyebutkan, kalau profesi dokter di masa mendatang juga termasuk yang akan hilang. Karena dokter terkalahkan oleh kemajuan teknologi komputer dalam mendiagnosa penyakit. Bagaimana dengan guru? Di masa depan, akankah ia menghilang juga?

Pekerjaan-pekerjaan itu menghilang karena fungsinya yang bisa digantikan teknologi. Jika dalam pekerjaan itu, ada dimensi yang tak bisa digantikan oleh teknologi maka ia akan tetap eksis. Inilah kata kuncinya!

Profesi guru memiliki keduanya. Ia menjadi bagian yang tergantikan _ketika pendidikan tersebut berdimensi tranfer pengetahuan (kognisi), transformasi sikap/akhlak (afeksi) dan melatih ketrampilan (psikomotor). Maka, teknologi/robot akan mengalahkan guru soal transfer pengetahuan. Search engine akan menjadi guru idola bagi siswa. Bahkan mungkin mengantarkannya hingga menjadi sarjana.

Lalu di wilayah manakah yang membuat peran guru itu tak tergantikan? Jawabannya terletak pada penanaman akhlak (value). Ini tak bisa tergantikan oleh robot/teknologi.

Pertanyaan lanjutannya adalah, bagaimana bentuk pembelajaran akhlak yang "guru banget" dan bukan "robot banget" di masa depan? Sebab, sekali lagi, jika nilai-nilai akhlak itu disampaikan layaknya sebagai pengetahuan, maka peran itu dengan mudah dimainkan oleh robot. Kalau sekedar tahu, maka semua orang sudah tahu atau gampang untuk cari tahu. Bahkan murid bisa jadi lebih tahu dari guru. Kunci persoalannya adalah pada internalisasi. Bagaimana sebuah nilai mampu terinternalisasi dalam diri siswa, sehingga ilmu yang diterima sama dengan akhlaknya. Sebab, buah ilmu sesungguhnya adalah akhlak/adab.

Jadi, untukmu yang berniat atau tengah menempuh profesi mulia ini maka perhatikanlah bagian mana dari pekerjaanmu yang harus kau serahkan pada teknologi. Ini harus kau lakukan agar dapat berlari bersama dengan muridmu. Teknologi juga harus jadi temanmu. Tapi ingatlah! Teknologi itu bukan dewa. _Kau tak boleh mati gaya ketika LCD mati. Muridmu juga tak boleh mati kutu ketika dipisahkan dari gawainya.

Kekuatanmu sebagai guru bukan terletak pada penguasaan teknologi terkini. Tapi pada kemampuanmu menggugah nurani. Teknologi itu hanya alat bantumu untuk menghadirkan makna di jiwa hamba. Terus asahlah ia. Karena, inilah yang membuat beda dan mengabadikan profesi ini di ruang masa.

* Guru Berprestasi kota Semarang Tahun 2018

ditulis oleh : Haryatman Prasatya
Guru SMPIT Bina Amal, Semarang

0 komentar:

Posting Komentar