Minggu, 08 April 2018

Mengikat Moment : Pemilihan Guru Berprestasi Kota Semarang (2) -end.

Presentasi PTK

Hari ke-2 pengujian Pemilihan Guru Berprestasi 2018, dilakukan pada hari Selasa (3/4).
Tempatnya bukan di Aula Dinas Pendidikan seperti hari pertama, tetapi bergeser sekitar 100 meter dari sana, yaitu di Aula lantai 2 SD Saint Aloysius.

Sudah ada 4 layar berikut LCD yang disiapkan di sana. Sebab, menu utama hari ini adalah presentasi karya ilmiah. PTK untuk guru dan Best Practise untuk Kepsek dan Pengawas. Di sela-sela presentasi, peserta akan dipanggil satu-satu lagi untuk menyelesaikan wawancara kompetensi yang belum tuntas di hari pertama. Tentang seperti apa pertanyaan dari dewan juri saat wawancara, saya tak dapat menceritakannya di sini, karena ini terkait kode etik menjaga kerahasiaan, sebagaimana ujian tulis yang juga tak boleh disebarkan. Tapi dalam forum yang tepat, tentu saya akan bisa berbagi.

Pukul 08.15, acara dimulai, dan nantinya akan berakhir pukul 15.30 WIB. Untuk presentasi, setiap peserta di beri alokasi waktu 20 menit, dimana 10 menit pertama untuk presentasi, dan 10 menit kedua untuk menjawab pertanyaan atau review dari dewan juri.

Untuk menilai presentasi guru, juri dibagi menjadi 2 tim, setiap tim terdiri dari 2 orang juri. Saat mereview PTK guru, juri mengkritisi mulai dari ide, penulisan judul, metodologi, hingga cara penulisan dan konten pembahasan. Paket kumplitlah. Pengkritisan yang konstruktif tentu saja.
Selain itu, peserta diminta untuk menyerahkan hasil print-out karya ilmiahnya kepada juri. Maka, sedikit keriuhan terjadi ketika guru-guru mencari PTK masing-masing dalam tumpukan portofolio dan PTK yang telah dibawakan panitia ke lokasi. Beberapa berkas nampak tercecer. Untunglah ada guru yang berbaik hati, merapikan dan menatanya kembali.

Beberapa guru, sambil menunggu gliran dipanggil, membuka laptopnya masing-masing. Mereka memanfaatkan waktu memperbaiki slide agar durasi presentasinya tak melebihi 10 menit. Sebab jika lebih dari 10 menit, menurut juri mereka akan menghentikan presentasi walaupun belum
selesai. Saya sendiri, setelah menghitung dengan seksama, akhirnya mendelete 2 slide. Waduh! Selesai dihapus, leptop ditutup. Lalu, mari kita ngobrol, hehe... melepas kepenatan menunggu sambil berhahahihi dengan sesama peserta, khususnya di bagian pojok kanan aula.

Sambil duduk menunggu, kami dapat melihat dari kejauhan, slide yang dipresentasikan oleh peserta. Menurutku, ada yang keren, karena ada animasi dan 'templatenya unusually', tapi ada juga yang biasa banget. Beberapa bahkan sempat membawa x-banner sebagai display tambahan presentasi mereka. Wah, kreatif juga ya... tapi, apakah itu menambah point penilaian ya? Teman-teman dari Tembalang sendiri, tidak ada satupun yang membuat x-banner, karena kami sepakat hal itu sepertinya tidak diperlukan.

Tim Tembalang ini kompak sekali. Kami saling mendukung, saling mendokumentasi, dan saling berbagi informasi, termasuk saya yang dipinjami pointer oleh Bu Jasmi Sucipno. Nuwun ya bu... Tapi, ada juga peserta yang merupakan peserta tunggal dari kecamatannya, sehingga harus berjuang sendiri. Setelah tahu beliau sendiri, akhirnya, tetap kita bantu.

Break sholat, kami kembali ke Dinas untuk menunaikan sholat dhuhur. Kebetulan, usai sholat, diteras masjid, kami bertemu dengan salah satu juri PTK senior, yang bertugas di kelompok sebelah. Kami sempat berbincang-bincang. Saya sengaja tidak mengenalkan diri,beliau juga tidak tahu siapa saya, dan beliau juga tidak menanyakan nama. Ya, supaya tetap obyektif begitulah.

Beliau mengutarakan idenya untuk membuat semacam ruang belajar online khusus PTK dan karya ilmiah lainnya. Apa pasal? karena menurut beliau, judul-judul PTK yang tadi dinilainya, kurang memuaskan, khususnya soal ide penelitiannya. Waow... Padahal yang maju sudah merupakan guru pilihan, tapi menurut beliau nggak keren sama sekali, dalam hati saya berkata begitu. Selain soal penelitian, kami juga berdiskusi soal perkembangan terkini kondisi sosial bangsa, dan bagaimana guru harus bersikap. Wah, saya salut sama beliau ini. Jadi guru harus menginjak bumi, begitulah kira-kira maksudnya.

Btw, Pemilihan Gurpres ini dilakukan setiap tahun, sekitar bulan Maret-April untuk tingkat
Kecamatan dan Kota. JIka tertarik, silahkan teman-teman guru mempersiapkan portofolio terbaiknya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, meliputi 10 elemen : kualifikasi akademik, diklat, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembeljaran, penilaian dari atasan & pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman berorganisasi, dan penghargaan yang relevan. Selain itu, kuasai keempat kompetensi guru untuk tes tertulis, dan membuat penelitian ilmiah, minimal PTK.

Menjelang akhir acara, rombongan pengawas UPTD Pendidikan Kec. Tembalang datang berkunjung untuk memberi support kepada perwakilan guru dan Kepsek dari Kec. Tembalang. Kami pun sempat berfoto bersama. Setiap moment memang penting untuk diabadikan. Karena belum tentu akan terulang kembali, bukan?
IN/Mentor PKB yang juga menjadi peserta Gurpres

di aula SD Sint Aloysius

5 Sekawan utusan KEc. Tembalang

Bu Novi di depan dewan juri PTK

Bersama Pengawas UPTD Pendidikan Kec. Tembalang

Juri mengkritisi PTK

0 komentar:

Posting Komentar