Selasa, 02 Agustus 2011

Guru Go Blog, Kenapa Tidak?

Suatu ketika, seorang guru sekolah menengah di Jogja kebingungan. Berkali-kali sindiran dan nasihat yang diberikan kepada dua orang muridnya seperti tak digubris. Keduanya berpacaran, dengan gaya yang mengkhawatirkan. Sampai kemudian ia mempunyai ide menarik. Dibawalah kedua muridnya itu ke sebuah TPA (Tempat penitipan Anak). Tak hanya melihat-lihat, mereka seharian disana. Bahkan turut pula mengganti popok, menenangkan balita yang rewel, bermain bersama anak-anak, dan pernak-pernik pekerjaan rutin pengasuhan balita lainnya. Hasilnya efektif, mereka berdua kemudian jadi lebih ‘kalem’. Mungkin mereka berpikir, memiliki anak, apalagi di usia muda, ternyata tak seindah yang dibayangkan. Repot, melelahkan, dan menyita energi betul-betul. Mereka, kapok dan lebih bisa menjaga diri.


Itu bukan cerita sinetron, tapi posting (artikel) seorang guru di sebuah blog. Guru kreatif lain menulis juga kisahnya menangani murid yang suka nyontek. Sang guru menganalogikan nyontek dengan korupsi. Dan korupsi bisa membuat seseorang terseret ke penjara. Guru itu kemudian mengajak murid-muridnya outing ke kantor polisi. Khusus buat si murid itu, ia cuma diminta duduk di depan sel tahanan. Seharian disana, itu sudah cukup membawa perubahan besar pada dirinya. Apa yang terjadi di depan matanya membuatnya merinding, terutama jika membayangkan yang berada di sel tahanan itu adalah dirinya.

Menyimak cerita sukses guru menangani masalah adalah salah satu kemanfaatan yang bisa diambil dari blog. Blog, atau buku harian (diary) maya, adalah sebuah aplikasi komputer yang didesain sedemikian rupa memiliki fungsi-fungsi jurnal atau buku harian, dan tersambung ke world wide web atau internet. Praktisi IT menyebut blog sebagai web 2.0. Setelah sempat diragukan keberhasilannya, sekarang pertumbuhan blog sudah begitu sangat masif. Bahkan blog-blog di Indonesia memiliki traffic tinggi di lingkup Asia Pasifik.

Berbeda dengan diary buku yang berprivasi tinggi, diary maya justru malah dibuat agar bisa terbaca sebanyak-banyaknya oleh orang lain (viewer). Para viewer yang merasa mendapat kemanfaatan setelah membaca sebuah postingan di sebuah blog, secara etis kemudian meninggalkan komentar atau testimoni di blog tersebut. Komentar yang biasanya konstruktif dan motivatif ini berguna bagi si pemilik blog agar selalu bersemangat meng-update blognya dengan posting artikel baru. Jalinan komunikasi antar sesama blogger ini kemudian melahirkan ikatan emosional semacam komunitas, yang saling berperan sebagai pembaca setia blog-blog itu.

Blog Guru
Tidak salah memang jika ada pemeo you are what you write, alias tulisan mencerminkan diri. Blog juga analog dengan itu. Isi blog, secara tidak langsung mencerminkan karakter seseorang. Tema-tema yang dipilih untuk ditulis, hal-hal yang disoroti, permasalahan yang dihadapi dan caranya menyelesaikan, adalah representasi dari karakter diri si pemilik blog. Dan membaca blog seorang guru (bijak) pastilah menarik dan menyenangkan. Sarat ilmu dan hikmah.

Blog bagi seorang guru, memiliki peran strategis. Dengan memiliki blog, ia bisa : 1). menghadirkan dirinya setiap saat (24 jam nonstop), 2).  melatih menulis dan menyuarakan pendapat, 3). memiliki arsip atau perpustakaan digital pribadi, 4). menjadi agen PR (Public Relations) bagi sekolahnya, 5). memiliki ruang privat untuk kesehatan jiwanya, 6). Memiliki teman atau komunitas berbagi ide dan masalah, 7) memotivasi murid-murid untuk menulis, 8). bahkan juga tambahan penghasilan dari registrasi pada aplikasi-aplikasi iklan.

Membuat blog, seperti yang dikatakan dalam artikel-artikel tutorial membuat blog, memang mudah. Cuma dalam tiga langkah : registrasi - nama blog - template. Namun demikian, sebaiknya, kita tak perlu tergesa-gesa. Bisa membuat blog adalah satu keberhasilan, namun menciptakan sebuah blog yang berkarakter adalah luar biasa.

Seperti halnya tanaman, siapapun bisa menanam benih ke tanah, tapi tidak semua orang memiliki ketahanan untuk sabar memupuk, merawat hingga ia berbuah. Daripada melihat tanaman kurus kering, lebih baik kita tak menaburkan benih begitu saja. Artinya, daripada membuat blog hanya untuk halaman pertama sekaligus terakhir, maka lebih baik tak usah membuat blog. Sekali timbul keinginan untuk memiliki blog, maka berjanjilah untuk menjaganya subur dengan meng-update blog kita dengan tulisan-tulisan baru.

Sebelum membuat blog, ada baiknya kita blog walking, mengunjungi blog-blog yang telah ada lebih dulu. Ini berguna untuk mengeksplorasi kelebihan dan kekurangan blog-blog tersebut. Sehingga, blog kita nanti, isinya adalah sari dari hal-hal istimewa dari banyak blog. Buat guru, coba saja kunjungi blognya Pak Sawali (http://sawali.info ), seorang guru sastra di Kendal yang hampir tiap hari menulisi blognya atau sekedar membalas komentar. 

Beberapa blog, membatasi posting artikelnya hanya berkaitan dengan kegiatan keguruan/pendidikan atau spesifik pada mata pelajaran yang diampunya (contohnya http://mathematicse.wordpress untuk Matematika) Blog guru lain meluaskannya, termasuk membahas isu-sisu sosial politik yang sedang hangat dibicarakan, bahkan juga cerita-cerita ringan tentang keluarganya (seperti di http://kangguru.wordpress.com , http://hakimaza.wordpress.com , http://sekulmegono.wordpress.com , . Ada pula guru yang membuat blog tidak atas nama pribadinya tetapi atas nama sekolahnya (http://sekolahalamarridho.wordpress.com , http://sditharapanbunda.co.cc ). Atau atas nama komunitas seperti http://saungcerdas.org .

Seperti apa blog milik kita? Dalam kacamata blog yang berkarakter, jawabannya bahkan (sebaiknya) sudah harus ditemukan sebelum blog itu ada. Namun, secara umum, selain perancangan yang baik, sebuah blog berkarakter umumnya : pertama, gagasan atau tulisannya orisinil, bukan copy-paste dari blog lain. Bila terinspirasi oleh blog orang lain, maka ia akan menuliskan sumbernya (alamat link blognya) dan identitas lain sebagai penghargaan atas hak cipta dan berkarya.

Kedua, tulisan yang selalu terbarui minimal satu tulisan baru dalam satu bulan. Ketiga, sering mendapat komentar dari blogger lain, yang berarti ia rajin pula menulis komentar di blog orang lain atau menjawab komentar yang masuk. Dan keempat, yang rada sulit, menciptakan taste  yang khas di blog kita, yang tak didapati di blog lain. Taste inilah yang membuat blog kita senantiasa dirindukan untuk dikunjungi oleh orang lain.

Jadi, guru yang go blog, kenapa tidak? [] 

(First Posting : 19 Oktober 2008)

0 komentar:

Posting Komentar